Puisi - puisi Dedy Tri Riyadi
Lembu
Tanggunganku, rindu punguk. Berbeban kayu gandar dan lengkung kuk
Aku lembu penarik. Kuseret serat terbaik untuk bulan setengah hilang
Pada malam di luar pagar, kusyairkan aneka kenangan liar
Yang mencambukku tanpa irama, sepanjang jalan mendaki ke huma
O, tandukku, Sepasang lengan kesombonganku. Yang kukuh hanya
garis mimpi. Di hadapan bulan, ia menekur semak rumput,
mensyukuri nikmat maut.
dan punggungku, rimbun lembut kecup ibu, bertabah pada semua
yang berubah. Tak ada yang berat dan berarti melelahkannya. Mengalahkannya
sepanjang jalan ke huma, roda pedati bergerak-berderak seperti usia.
aku lembu penarik, di bawah bulan setengah hilang, terengah tertatih
2011
Apel
Jika kelak aku terjatuh, jauh dari rengkuh
Dan tiba pada ribuan lar, kau akan kukenang
Sebagai dahan, cekatan meluruh selembar daun,
Juga tepat sebelum lalat buah sempat singgah
Dan menitipkan puluhan telur yang renik itu,
Kau embun, pembasah dan pembasuh sulit sakitku
Maka pernah terlintas, di getarnya waktu, kau
Adalah dia yang begitu tertarik pada pelik daya tarik
Dan aku hanyalah apel yang tiba-tiba jatuh.
2011
Sejak dari Pasar, Aku Bumbu Dasar
Di lorongmu, pasar, aku sekeranjang rimpang lengkuas
Sedikit bercabang dan bertunas. Didasarkan, disadarkan
Nanti seorang pembeli mempesiangku
Lukaku getir ketumbar. Padanya terhidu anyir sabar.
Tak dirawat terus ditawar. Ditunjuk-tunjuk tangan
Saudagar: �secupak sedinar?segenggam sedirham!�
Alahai, langkahku hanya bubuk remah. Cengkeh dan lada,
Selekeh tak berharga. Sejimpit tak sejumput, bagi bumbu
Sup buntut. Rtak sesiapa pun membuatku surut.
Bagiku hidup ditumbuk dan disangrai. Didera mabuk
Dan sangsai. Sampai kelak berubah bentuk. Dari kukuh
Hingga lepai. Begitulah kelak segalanya selesai.
Sejak disajakkan untukmu, pasar, daging, lembu dan lawar
Aku akar temu dan aneka bubuk. Di meja makan , hanya
Lihai lidah yang sanggup membedakan.
2011
Puisi-Puisi Esha Tegar Putra
0 comments:
Post a Comment